Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Ida Pramuwardani, menjelaskan bahwa kulminasi utama terjadi saat deklinasi Matahari sejajar dengan lintang pengamat. “Karena itu, fenomena ini disebut sebagai hari tanpa bayangan,” ujar Ida dalam wawancara dengan Kompas.com, Rabu (19/2/2025).
Daerah yang Akan Mengalami Hari Tanpa Bayangan
Fenomena ini terjadi akibat kemiringan bidang ekuator Bumi yang tidak sejajar dengan bidang revolusi Bumi terhadap Matahari. Posisi Matahari tampak bergerak sepanjang tahun antara 23,5° lintang utara hingga 23,5° lintang selatan, yang disebut sebagai gerak semu harian Matahari.
Karena letak Indonesia berada di sekitar ekuator, peristiwa kulminasi utama ini terjadi dua kali dalam setahun di berbagai wilayah. Beberapa daerah yang akan mengalami hari tanpa bayangan pada 2025 antara lain:
- Baa, Nusa Tenggara Timur – Kamis, 20 Februari 2025
- Sabang, Aceh – Jumat, 4 April 2025 dan Minggu, 7 September 2025
- Jakarta – Selasa, 4 Maret 2025 dan Kamis, 9 Oktober 2025
Untuk jadwal lengkap fenomena ini di berbagai wilayah Indonesia, masyarakat dapat mengakses informasi resmi melalui situs BMKG.
Apakah Hari Tanpa Bayangan Menyebabkan Kenaikan Suhu?
Meskipun Matahari berada di titik zenit, para ahli menyebut bahwa fenomena ini tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan suhu di Indonesia. Ida menjelaskan bahwa perubahan suhu lebih dipengaruhi oleh faktor lain seperti tutupan awan, durasi hujan, kecepatan angin, sumber massa udara, serta kondisi topografi di suatu daerah.
Hal senada diungkapkan oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto. “Posisi Matahari yang tepat di atas kepala tidak terlalu mempengaruhi peningkatan suhu secara drastis,” ujarnya pada Selasa (20/2/2024).
Dengan demikian, masyarakat tidak perlu khawatir terhadap efek suhu ekstrem akibat fenomena ini. Sebaliknya, ini bisa menjadi kesempatan langka untuk menyaksikan fenomena alam yang menarik dan langka ini secara langsung.
إرسال تعليق