Madinah, Arab Saudi - Betapa bahagia Fatimah Zahro (50) saat mendapati dirinya dipanggil berhaji tahun ini. Ia telah menunggu 13 tahun lamanya.

Kebahagiaannya terasa makin sempurna saat ia mendapati ibundanya, Junaina M Toyyib (78), yang menurut jadwal sebenarnya baru dapat berangkat tahun depan, bisa turut bersamanya berhaji tahun 2025.

Fatimah merasa harus berangkat dengan Junaina, karena sejak 2016, mata ibunya buta lantaran komplikasi penyakit diabetes melitus yang dideritanya. Junaina juga lumpuh dan tak lagi bisa berjalan karena kerusakan saraf (neuropatic diabetic) di kakinya.

Penyakit gula juga menyebabkan luka di kaki Junaina tak kunjung sembuh. Jadilah dia menjadi penyandang disabilitas ganda. Ia lumpuh, buta sekaligus lansia.

Selama proses administrasi haji di Tanah Air, semuanya tampak berjalan normal. Junaina, Fatimah Zahro dan suaminya menyelesaikan proses administrasi dengan lancar. Mereka semua juga lolos syarat istithaah dari otoritas kesehatan Indonesia, sehingga ketiganya bisa melunasi biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) dan bisa diberangkatkan berhaji.

Tiga orang sekeluarga asal Jember Jawa Timur itu pun terbang ke Tanah Suci melalui embarkasi Surabaya. Mereka tercatat pada kloter 31 Surabaya yang mendarat di Bandara Muhammad bin Abdul Aziz Madinah pada 11 Mei.

Fatimah sangat menyadari, melakukan perjalanan haji bersama ummi-nya yang lumpuh, buta dan lansia akan menjadi perjalanan yang tidak mudah.

Sebagai jamaah lansia dengan disabilitas ganda, Junaina memang sangat membutuhkan pendamping, dan Fatimah Zahrolah pendamping Junaina. Fatimah pun memantapkan diri untuk menjadi pendamping terbaik bagi ibunya.

"Aku akan menjadi mata dan kaki tangan ummi selama di Tanah Suci," kata Fatimah, yang sehari-hari menjadi pengasuh sebuah madrasah di Jember dengan suara bergetar. Ia berjanji akan menjaga ummi-nya kemana pun ia pergi, ia tak akan berpisah dan meninggalkan Junaina.

Madinah yang saat ini sangat terik tetap menjadi tempat yang nyaman bagi anak-emak itu untuk menunaikan arbain, shalat fardu berturut-turut 40 kali tanpa terputus. "Ummi sangat bersemangat shalat di Masjid Nabawi, ia selalu pingin berada di shaf terdepan," katanya.

Qodarrullah, ketentuan takdir Allah menguji kebersamaan Fatimah dan Junaina. Karena mereka berselisih bulan saat mendaftar haji 13 tahun lalu, pada saat proses pembagian syarikah, perusahaan penyelenggara haji yang mengurus mereka di Arab Saudi, Fatimah dan Junaini mendapat syarikah yang berbeda.

Akibatnya, ketika hendak berangkat ke kota Makkah, untuk memulai rangkaian ibadah haji, mereka tak tercantum dalam manifes bus yang sama.