
Delegasi utama dari Rusia dan Ukraina mengakhiri perundingan gencatan senjata pada Senin (02/06/2025) di Istanbul. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan harapan bahwa kedua pihak akan bertukar lebih banyak tawanan perang.
Putaran kedua perundingan langsung ini berakhir hanya dalam waktu satu jam dan digelar setelah perundingan pada pertengahan Mei di kota Turki tersebut.
Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov, yang memimpin delegasi negaranya, mengonfirmasi bahwa kedua pihak telah menyerahkan nota kesepahaman yang menguraikan tuntutan kedua negara.
Zelenskyy yang tengah berada di Vilnius, Lituania, menyampaikan kabar terbaru kepada mitra-mitranya di Eropa pada Senin. Ia mengatakan, "Jika Rusia mengubah pertemuan Istanbul menjadi pembicaraan kosong, harus ada tekanan baru, sanksi baru, dan bukan hanya dari Eropa."
Ia menambahkan bahwa mereka harus mengupayakan sanksi bersama di tingkat G7, termasuk dengan Amerika Serikat.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan itu adalah pertemuan yang "luar biasa". Ia menambahkan bahwa Turki akan berusaha mempertemukan kedua pemimpin tersebut, bersama dengan Presiden AS Donald Trump.
Erdogan mengatakan, "Jika mereka menerima, saya ingin bergabung dengan mereka dalam pertemuan ini, dan mengubah Istanbul menjadi pusat perdamaian."
Pembicaraan itu dilakukan setelah Ukraina melancarkan serangan wahana nirawak besar-besaran di Rusia dalam operasi yang disebut "Jaring Laba-Laba". Pejabat Ukraina mengatakan pihaknya menargetkan beberapa pangkalan udara dan menghantam 41 pesawat tempur pada Minggu (01/06/2025).