Ucapan Anak yang Spontan Bisa Menyakiti, Ini Cara Bijak Orangtua Menghadapinya

Anak-anak memiliki sifat yang alami untuk berbicara tanpa filter. Mereka sering melontarkan apa pun yang ada di pikirannya secara langsung, atau yang biasa disebut sebagai ceplas-ceplos. Meskipun hal ini merupakan tanda perkembangan komunikasi yang sehat, ada risiko di baliknya jika orangtua tidak memberikan arahan yang memadai.

Psikolog klinis dewasa Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi., menyatakan bahwa perilaku ceplas-ceplos tetap perlu diawasi dan diarahkan. Anak harus diajarkan untuk memahami bahwa tidak semua hal bisa dikatakan secara terbuka, terutama jika berpotensi menyakiti orang lain. Dalam hal ini, orangtua harus aktif dalam mengoreksi ucapan anak yang dianggap kurang pantas.

Membiarkan anak dengan dalih “anak-anak kan memang begitu” hanya akan memperkuat kebiasaan yang salah. Terlebih jika orangtua justru menertawakan atau mendukung perilaku tersebut, maka anak tidak akan menganggapnya sebagai kesalahan. Dalam jangka panjang, hal ini bisa membuat anak tidak memiliki kesadaran terhadap norma sosial dan moral yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Adelia juga menekankan pentingnya orangtua untuk menjadi contoh yang baik dalam berkomunikasi. Ketika anak menyampaikan sesuatu yang menyinggung, orangtua tidak hanya menegur anak, tetapi juga menunjukkan cara meminta maaf dan memperbaiki situasi. Ini menjadi proses pembelajaran langsung yang sangat efektif untuk anak.

Psikolog klinis lainnya, Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., mengibaratkan anak sebagai kertas putih yang akan berisi tergantung dari apa yang dituliskan oleh lingkungannya. Jika sejak kecil anak dibiasakan dengan komunikasi yang tidak tepat, maka di masa depan mereka pun sulit mengubah kebiasaan tersebut. Oleh sebab itu, pengasuhan yang konsisten dan penuh kesadaran moral menjadi hal yang sangat penting.

Yustinus juga mengingatkan bahwa anak sering menyakiti perasaan orang lain tanpa disengaja, karena memang tidak mengetahui batasannya. Maka dari itu, lingkungan terdekat—terutama orangtua—harus bertanggung jawab penuh dalam mengajarkan etika komunikasi agar anak tumbuh menjadi pribadi yang peka dan menghormati orang lain.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama