Petugas Kantor Wilayah Kemenag DKI Jakarta mengamati posisi hilal menggunakan teleskop di Jakarta, Minggu (10/3/2024). Pemantauan hilal tersebut untuk menetapkan awal bulan Ramadhan 1445 Hijriah. Doc.by Bayu Pratama
Kabar.cloud - Penetapan awal Ramadhan 1446 Hijriah atau 2025 Masehi di Indonesia berpotensi berbeda. Sebabnya, terdapat perbedaan tanggal Ramadhan antara keputusan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dengan perkiraan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). PP Muhammadiyah telah menetapkan bahwa awal Ramadhan 2025 yang menjadi titik dimulainya ibadah puasa jatuh pada Sabtu (1/3/2025).
Sementara BRIN lewat peneliti utama bidang astronomi Thomas Djamaluddin memperkirakan, awal Ramadhan bertepatan dengan Minggu (2/3/2025). Kemudian, PBNU melalui Lembaga Falakiyah memperkirakan awal Ramadhan tiba pada Sabtu (1/3/2025) atau Minggu (2/3/2025).
Penyebab penetapan awal Ramadhan 2025 berpotensi beda
PP Muhammadiyah, BRIN, dan PBNU memiliki mekanisme tersendiri dalam menetapkan awal Ramadhan yang menyebabkan dimulainya ibadah puasa pada tahun ini berpotensi tidak serentak. Berikut penjelasannya.
1. PP Muhammadiyah gunakan hasil hisab hakiki wujudul hilal
PP Muhammadiyah telah menyampaikan bahwa awal Ramadhan jatuh pada Sabtu (1/3/2025) dalam pengumuman yang disampaikan di Kantor Cikditiro, Yogyakarta, Rabu (12/2/2025).
Dilansir dari laman resmi Suara Muhammadiyah, Rabu (12/2/2025), PP Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan berdasarkan hasil hakiki hisab wujudul hilal.
Hisab adalah penghitungan posisi-posisi geometris benda-benda langit untuk menentukan penjadwalan waktu di muka Bumi sehingga dapat membuat perhitungan awal bulan kamariah dan penanggalan. Dalam hisab, PP Muhammadiyah menggunakan kriteria wujudul hilal yang menunjukkan Matahari terbenam lebih dahulu daripada Bulan walaupun hanya berjarak satu menit atau kurang.
Merujuk laman resmi PP Muhammadiyah, kriteria wujudul hilal berasal dari pakar falak Muhammadiyah Wardan Diponingrat yang tidak hanya dipahami berdasarkan pada QS. Yasin ayat 39-40, tapi juga menggunakan perangkat lain, seperti hadis, konsep fikih lainnya, dan ilmu astronomi.
Dengan metode tersebut, diperoleh hasil hisab hakiki wujudul hilal sebagai berikut:
- Pada 19 Syaban 1446 H yang bertepatan dengan Jumat (28/2/2025), ijtima jelang Ramadhan 1446 H terjadi pukul 07.46.49 WIB
- Tinggi bulan saat Matahari terbenam di Yogyakarta +04 derajat 11 menit 08 detik (hilal sudah wujud).
- Pada saat Matahari terbenam pada Jumat (28/2/2025) di seluruh Indonesia, Bulan sudah berada di atas ufuk (hilal sudah wujud).
2. BRIN perkirakan rukyat gagal
Peneliti utama bidang astronomi BRIN Thomas Djamaluddin mengatakan, secara hisab awal Ramadhan akan jatuh pada Sabtu (1/3/2025).
Hal tersebut didasarkan pada terpenuhinya kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) di wilayah Aceh. “Namun, rukyat ada potensi gagal sehingga ada potensi 1 Ramadhan jatuh pada 2 Maret 2025. Kepastiannya kita tunggu hasil Sidang Isbat pada 28 Februari,” ujar Thomas, Kamis (13/2/2025).
Melalui laman pribadinya di tdjalamuddin.com, Sabtu (22/2/2025), Thomas meminta umat Islam di Indonesia menunggu hasil Sidang Isbat karena kegiatan ini akan dihadiri pakar astronomi atau ilmu falak, pakar fikih, dan perwakilan ormas Islam.
Sidang Isbat awal Ramadhan 2025 juga mempertimbangkan sejumlah aspek, yakni astronomis, fikih, dan kemaslahatan umat. Sesuai rencana, Sidang Isbat penetapan awal Ramadhan akan digelar di Kementerian Agama, Jakarta, Jumat (28/2/2025) mulai sore hari.
3. PBNU tunggu ikhbar ketua umum
Terpisah, Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH Sirril Wafa mengatakan, 1 Ramadhan 1446 Hijriah berpotensi jatuh pada Sabtu (1/3/2025) mulai malam hari jika hilal sudah terlihat.
Namun, ada kemungkinan 1 Ramadhan 1446 Hijriah bertepatan dengan Minggu (2/3/2025) mulai malam hari jika hilal tidak tampak. Meski begitu, penetapan awal Ramadhan tahun ini bagi Nahdliyin masih menunggu Ikhbar Ketua Umum (Ketum) PBNU.
“Ikhbar akan disampaikan Jumat malam, 28 Februari 2025 Masehi sekitar pukul 19.30 WIB setelah itsbat pemerintah,” ujar Sirril, Kamis (27/2/2025).
Sirril menyampaikan, Lembaga Falakiyah PBNU telah melakukan perhitungan ilmu falak terhadap hilal 1 Ramadhan 1446 H dengan menggunakan metode ilmu falak (sistem hisab) jama’i atau tahqiqy tadqiky ashri kontemporer khas NU.
Sirril menyampaikan, Lembaga Falakiyah PBNU telah melakukan perhitungan ilmu falak terhadap hilal 1 Ramadhan 1446 H dengan menggunakan metode ilmu falak (sistem hisab) jama’i atau tahqiqy tadqiky ashri kontemporer khas NU.
Perhitungan tersebut dilakukan pada 29 Syaban 1446 Hijriah yang bertepatan dengan Jumat (28/2/2025).
Berikut hasil perhitungan Lembaga Falakiyah PBNU:
- Ijtima: Jumat (28/2/2025) pukul 07.45.14 WIB
- Tinggi hilal mar’ie: +3 derajat 49 menit 45 detik
- Letak Matahari terbenam: 7 derajat 55 menit 00 detik selatan titik barat
- Letak hilal: 6 derajat 00 menit 10 detik selatan titik barat
- Kedudukan hilal: 1 derajat 54 menit 50 detik utara Matahari
- Keadaan hilal: miring ke utara Elongasi hilal haqiqy: 6 derajat 06 menit 12 detik
- Lama hilal: 19 menit 10 detik.