Model Iklan AI Ciptakan Peluang dan Kekhawatiran

 Model Iklan AI Ciptakan Peluang dan Kekhawatiran

Seorang wanita muda dengan wajah segar menawan mempromosikan minuman teh hijau Jepang yang menjanjikan umur panjang dan kesehatan. Tehnya asli, tetapi model yang memegang botol minuman itu tidak.

Wanita ini diciptakan oleh kecerdasan buatan atau AI generatif untuk iklan TV. Tren ini membuat para artis Jepang mengkhawatirkan mata pencaharian mereka.
Produsen teh hijau Itoen menampilkan model AI dalam iklan TV.

Produsen minuman terkemuka, Itoen, ingin konsumen mengaitkan produk teh hijaunya dengan kesehatan masa depan.

"Guna mencapai tujuan itu, kami berupaya menunjukkan karakter dengan penampilan yang sama pada saat ini dan 30 tahun mendatang. Menurut kami AI menjadi cara terbaik untuk melakukan hal itu," kata pejabat pemasaran perusahaan ini, Kamijo Yusuke.

Pejabat pemasaran Itoen, Kamijo Yusuke, mengatakan perusahaannya menilai model AI sesuai dengan pesan di balik iklan TV buatannya.

Karakter ini diciptakan oleh Nakayama Yuki, kepala bagian teknologi perusahaan rintisan, AI Model.

"Ratusan permintaan datang dari berbagai perusahaan sejak iklan tersebut ditayangkan. Kami terkejut dengan responsnya," kata Nakayama.

Kepala bagian teknologi perusahaan rintisan, AI Model, Nakayama Yuki.

Nakayama menggunakan sistem AI generatif dengan hak cipta untuk membuat ribuan wajah. Ia mencari mata, alis, dan fitur wajah yang tepat, termasuk tahi lalat. Kemudian, ia mempersempitnya menjadi 200 pilihan untuk ditentukan oleh kliennya.

Nakayama mengatakan AI generatif cenderung membuat wajah terlihat kaku saat usianya bertambah. Maka itu untuk proyek ini, versi akhirnya memerlukan penyuntingan detail dengan tangan manusia. Ia mengatakan perusahaan rintisannya hanya menggunakan data yang sudah mendapatkan hak cipta.

"Kelebihan penggunaan karakter yang dihasilkan AI adalah bisa mengekspresikan sesuatu yang tidak dapat dilakukan manusia dan menunjukkan kreativitas yang lebih luas. Saya rasa AI generatif adalah alat yang unggul dalam memperluas cakupan seni kita. Menurut saya model manusia dan model AI memiliki tujuan yang berbeda," katanya.

Iklan yang menggunakan model AI kini makin bertambah.

Iklan pengembang properti, Parco, menggunakan teknologi canggih tersebut bukan hanya untuk model. Baru-baru ini, perusahaan itu membuat iklan yang menampilkan gambar, musik, dan narasi yang diciptakan melalui AI.

Iklan pengembang properti, Parco, hampir semuanya diciptakan melalui AI generatif.

Kinomura Miho dari Studio Dog, direktur kreatif untuk iklan Parco tersebut, menjelaskan bahwa sewaktu memasukkan perintah ke perangkat lunak AI generatif, diperlukan instruksi detail terkait figur model, fesyen, dan tata cahaya. Ia mengatakan nuansa halus dalam penulisan kata-kata bahkan dapat membuat hasil gambarnya berubah.

Hasilnya, AI membuat direktur kreatif melakukan ratusan uji coba, sekitar sepuluh kali lipat dari upaya yang diperlukan untuk pengambilan gambar model manusia, katanya. Proses kreatif ini berlangsung lebih dari enam bulan, menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan iklan biasa.

"Saya rasa AI generatif menunjukkan visual mengagumkan yang melampaui imajinasi kita, misalnya gambar latar belakangnya. Selain itu, melalui produksi ini, saya menyadari bahwa para kreator harus menunjukkan kompetensi yang tinggi agar AI bisa dimanfaatkan secara efektif," tegas Kinomura.

Artis suarakan kekhawatiran

Penerapan AI yang berevolusi dengan cepat ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan artis. Aktris Morisaki Megumi merupakan ketua Asosiasi Pekerja Seni Jepang. Kelompok ini mewakili lebih dari 52.000 pekerja lepas.

"Kemunculan model AI sangat mengejutkan," katanya. "Mungkin bukan hanya berdampak pada model, tetapi juga penata gaya, penata cahaya, dan banyak pekerjaan lain yang terkait dengan pembuatan iklan. Jika ini menyebar, kita bisa menghadapi krisis yang pada akhirnya akan membuat pekerjaan berkurang."

Aktris Morisaki Megumi khawatir dengan penggunaan model AI.

Hampir 60% responden survei anggota asosiasi ini menyuarakan keprihatinan. Mereka juga mengkhawatirkan pelanggaran hak paten anggotanya. Morisaki telah menemukan bahwa fotonya digunakan untuk melatih AI.

Ia menambahkan bahwa para penampil di Jepang kerap bekerja tanpa menandatangani kontrak atau klausul yang menyerahkan semua hak paten mereka. Morisaki mengatakan para artis sudah dalam posisi yang lemah dan perkembangan terbaru ini akan makin memperburuk kondisi mereka.

Pengacara tegaskan minimnya perlindungan hukum

Ueda Aoi, seorang pengacara spesialisasi isu terkait AI dan industri hiburan, menegaskan minimnya perlindungan hukum bagi para artis.

Ueda Aoi mengatakan artis Jepang memiliki perlindungan yang minim dari AI.

"Para penampil terkenal barangkali tidak terpengaruh, tetapi mereka yang kurang terkenal mungkin jadi lebih rentan. Hanya manusia yang benar-benar dapat menciptakan sesuatu dari nol."

"AI harus menggunakan data orang-orang untuk membuat seni, jadi pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang menghargai manusia. Penting juga untuk menekankan bahwa undang-undang dengan jelas mencantumkan aturan terkait hak cipta, misalnya hak paten foto, dan tiap foto mereka yang digunakan harus dibayar dengan jumlah uang yang sepatutnya," tegas Ueda.

Seiring dengan makin meningkatnya penggunaan AI generatif, tantangannya adalah membentuk masa depan yang membuat kenyataan dan artifisial bisa jalan beriringan untuk keuntungan semua orang.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama