EcoFlow: Inovasi Mahasiswa USK Berbasis IoT untuk Solusi Air Bersih

 

Pembimbing Rahmad Dawood bersama mahasiswa USK yang merupakan tim pengembang EcoFlow saat uji coba di Gampong Jawa sekaligus dilakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat, Minggu (23/2/2025).

Banda Aceh, 26 Februari 2025 – Tiga mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK), yakni Ahmad Syah Ramadhan, Muhammad Habil Aswad, dan Nazwa Salsabila, berhasil mengembangkan inovasi sistem filtrasi air berbasis Internet of Things (IoT) yang diberi nama EcoFlow. Teknologi ini dirancang untuk mengolah air tanah yang tercemar agar menjadi lebih higienis dan layak konsumsi.

Sistem EcoFlow mengintegrasikan teknologi IoT untuk memantau kualitas air secara real-time serta memberikan notifikasi terkait perawatan dan penggantian filter melalui ponsel. Dengan inovasi ini, masyarakat dapat dengan mudah memastikan air yang mereka gunakan tetap bersih dan aman.

Inovasi ini dikembangkan di bawah bimbingan Rahmad Dawood, Ketua Interactive Intelligent System Research Group USK, serta mendapatkan dukungan dana dari Telkom Indonesia melalui program Project InnoVillage 2024.

Menjawab Tantangan Air Bersih

Ketua tim pengembang, Ahmad Syah Ramadhan, menjelaskan bahwa EcoFlow hadir sebagai solusi atas permasalahan kualitas air tanah yang terkontaminasi. “Banyak masyarakat, terutama di daerah sekitar tempat pembuangan akhir (TPA), menghadapi masalah pencemaran air tanah akibat rembesan limbah cair (lindi) yang mengandung logam berat dan bahan berbahaya lainnya,” ujarnya.

Untuk mengatasi masalah ini, EcoFlow menggunakan sistem penyaringan berlapis yang mampu menyaring kontaminan berbahaya dan meningkatkan kualitas air. Selain itu, alat ini dilengkapi dengan teknologi UV untuk sterilisasi guna memastikan air yang dihasilkan bebas dari bakteri dan mikroorganisme berbahaya.

Sosialisasi dan Uji Coba di Gampong Jawa

Sebagai bagian dari pengujian dan penerapan teknologi ini, tim mahasiswa USK melakukan sosialisasi di Gampong Jawa, Banda Aceh, pada Minggu (23/2/2025). Dalam acara tersebut, Nazwa Salsabila menjelaskan pentingnya akses air bersih dalam kehidupan sehari-hari serta dampak negatif dari pencemaran lingkungan terhadap sumber air.

“Limbah cair dari TPA dapat meresap ke dalam sumur warga dan membawa zat berbahaya yang berisiko bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu adanya sistem filtrasi yang efektif seperti EcoFlow untuk memastikan air tetap aman dikonsumsi,” jelas Nazwa.

Setelah itu, Ahmad Syah Ramadhan memaparkan cara kerja EcoFlow, mulai dari proses filtrasi hingga fungsi sensor IoT yang digunakan untuk memantau kondisi air secara otomatis. Demonstrasi langsung dilakukan agar warga memahami langkah-langkah pengoperasian alat ini.

Sementara itu, Muhammad Habil Aswad menyoroti manfaat jangka panjang EcoFlow bagi masyarakat. “Dengan adanya sistem ini, warga tidak hanya mendapatkan akses air bersih tetapi juga dapat secara mandiri mengontrol kualitas air yang mereka gunakan melalui aplikasi di ponsel,” katanya.

Teknologi yang Mudah Digunakan

Puncak kegiatan sosialisasi ini adalah sesi uji coba air hasil filtrasi. Warga diperkenankan untuk membandingkan kualitas air sebelum dan sesudah melalui EcoFlow. Alat ini telah dipasang di tangki air yang dibangun oleh tim mahasiswa USK, sehingga masyarakat dapat melihat langsung bagaimana sistem penyaringannya bekerja.

Selain itu, warga dikenalkan dengan sensor IoT yang terhubung ke aplikasi EcoFlow. Dengan teknologi ini, mereka bisa mengetahui parameter kualitas air secara real-time hanya dengan membuka aplikasi di ponsel. Hal ini memudahkan mereka dalam mengambil tindakan apabila terjadi perubahan kualitas air.

Diharapkan, inovasi EcoFlow dapat menjadi solusi berkelanjutan bagi masyarakat yang mengalami permasalahan akses air bersih. Dengan teknologi berbasis IoT ini, upaya menjaga kualitas air menjadi lebih mudah, efisien, dan dapat diterapkan dalam berbagai lingkungan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama